Liputandelapan8.com, Jakarta – Di balik sejarah yang bersejarah dan peristiwa yang mengubah dunia, terdapat serangkaian fakta menarik yang sering kali terlupakan tentang “bapak” bom atom, J. Robert Oppenheimer. Meskipun namanya telah menjadi sinonim dengan kekuatan pemusnah masif, ada sisi-sisi yang jarang diketahui dari sosok ini yang patut untuk diungkap. Dalam artikel ini, kita akan menggali lebih dalam dan mengungkap 6 fakta menarik yang mungkin tidak banyak diketahui tentang tokoh “bapak’ sentral di balik lahirnya senjata paling kontroversial dalam sejarah manusia, bom atom.
1. Latar belakang “bapak” bom atom
J. Robert Oppenheimer lahir di New York, AS, pada 22 April 1904. Ia adalah putra dari pasangan imigran Yahudi awal. Ibunya, Ella, adalah seorang pelukis, sementara ayahnya, Julius Seligmann Oppenheimer, adalah seorang importir tekstil yang cukup kaya.
2. Dia adalah orang pertama yang memperkenalkan konsep “lubang hitam”
Pada tahun 1939, dalam sebuah artikel berjudul “Kontraksi Gravitasi Terus Menerus”, Oppenheimer menyatakan bahwa ada sejumlah “bintang yang merosot yang gravitasinya melebihi kemampuannya untuk menghasilkan energi” di ruang angkasa, merujuk pada kemungkinan adanya lubang hitam. Makalah ini pada awalnya diabaikan, namun kemudian diteruskan oleh beberapa fisikawan yang mengakui visi jauh ke depan yang dimiliki oleh Oppenheimer dan mengakui pentingnya memahami entitas misterius di luar angkasa ini.
3. Oppenheimer fasih dalam 6 bahasa asing
Sejak usia dini, Oppenheimer terbukti sangat cerdas. Pada usia sembilan tahun, Oppenheimer fasih dalam filsafat serta bahasa Yunani dan Latin. Pada usia 12 tahun, ia diundang untuk memberikan kuliah di Klub Mineralogi New York.
Dalam pengembangan dan penelitian, fisikawan teoretis ini selalu siap menaklukkan tantangan intelektual. Oppenheimer diketahui mampu berbicara dalam enam bahasa, termasuk Sanskerta, Yunani, Latin, Prancis, Jerman, dan Belanda. (Bahasa yang baru dia pelajari dalam 6 minggu mampu memberikan kuliah tentang kuantum di konferensi tersebut.)
4. Oppenheimer memiliki kehidupan cinta yang agak rumit
Oleh karena itu, ia jatuh cinta dengan seorang psikiater bernama Jean Tatlock ketika keduanya bertemu pada tahun 1936. Jean adalah seorang mahasiswa pascasarjana pada saat itu, sementara Oppenheimer adalah seorang profesor fisika di Universitas Berkeley.
Terlepas dari hubungan yang dalam, Oppenheimer kemudian berselingkuh dengan jurnalis Kitty Harrison ketika ia masih menikah dengan Dr. Richard Harrison. Setelah Kitty hamil, ia mengajukan perceraian dan kemudian menikahi Oppenheimer. Meskipun begitu, selama pernikahan mereka, Oppenheimer dikabarkan tetap berselingkuh dengan Jean Tatlock. Selain itu, ada juga hubungan dengan seorang profesor dan psikolog lain, yaitu Ruth Sherman Tolman, yang merupakan istri Richard Chace Tolman – salah satu individu yang terlibat dalam Proyek Manhattan bersama Oppenheimer.
5. Oppenheimer dinominasikan untuk Hadiah Nobel sebanyak 3 kali
Oppenheimer dinominasikan tiga kali untuk Hadiah Nobel Fisika, yaitu pada tahun 1945, 1951, dan 1967. Meskipun ia merupakan penemu bom atom, Oppenheimer tidak pernah berhasil memenangkan Hadiah Nobel bergengsi atas terobosan teknologinya tersebut. Teknologi militer tidak diakui oleh komisi Hadiah Nobel.
6. Meninggal karena kanker
Terkenal sebagai perokok, Robert Oppenheimer kemudian didiagnosis menderita kanker tenggorokan. Akibat kebiasaan merokok yang berlebihan, ia meninggal di rumahnya di New Jersey pada tahun 1965, pada usia 62 tahun. Kematian Oppenheimer menandai akhir dari kehidupan yang luar biasa, penuh dengan pencapaian ilmiah dan kontribusi yang signifikan terhadap fisika dan penelitian nuklir.
Melaluii 6 fakta yang tidak banyak diketahui tentang “bapak” bom atom yang telah kita eksplorasi, kita telah membuka tirai rahasia tentang sosok “bapak” bom atom. Seperti halnya banyak hal dalam sejarah, kehidupan dan kontribusi seseorang seringkali lebih kompleks daripada yang terlihat di permukaan. Dalam mengungkap sisi-sisi yang kurang diketahui ini, kita diingatkan akan kompleksitas kemanusiaan, keputusan sulit, dan dampak yang berkepanjangan dari peristiwa-peristiwa bersejarah. Dengan terus belajar dari masa lalu, kita dapat mengambil pelajaran berharga untuk membentuk masa depan yang lebih baik.