Liputandelapan8.com, Seoul – Mulai bulan Oktober ini, bagi para wanita lajang di Seoul akan menerima subsidi sebesar 2 juta won untuk membekukan sel telur. Ini adalah salah satu langkah yang baru-baru ini diterapkan untuk mengatasi penurunan tajam angka kelahiran di Korea.
Seorang pejabat (yang tidak disebutkan namanya) berkata bahwa jumlah perempuan lajang yang memilih untuk membekukan sel telurnya meningkat hampir dua kali lipat dalam tiga tahun terakhir.
Survei terbaru yang dilakukan oleh Organisasi Kesehatan Korea menunjukkan bahwa hampir 70% wanita belum menikah dan 64% wanita yang sudah menikah ingin membekukan sel telurnya. Biaya layanan ini berkisar antara 2,5-5 juta won setiap kali. Sementara itu, asuransi yang menolak memberikan perlindungan terhadap perempuan lajang menyebabkan banyak orang menghadapi kesulitan.
Oleh karena itu, respon positif terhadap program dukungan ini membuktikan bahwa semakin banyak perempuan yang bersedia membekukan sel telurnya, apapun status perkawinannya.
Selain itu, menurut pemerintah kota, perempuan yang berusia antara 20 dan 49 tahun berhak mengikuti kebijakan ini. Subsidi baru ini dikatakan membantu mengurangi biaya pemeriksaan pendahuluan hingga hampir 50%. Sebelum pengambilan telur, prosedurnya adalah membekukan dan mengawetkannya setiap saat.
Kurangnya anak membawa risiko jangka panjang bagi perekonomian
Pada bulan Februari, Kantor Statistik Nasional Korea mengumumkan bahwa pada tahun 2022, jumlah bayi baru lahir per wanita di Korea adalah 0,78, yang merupakan angka terendah yang pernah ada. Khususnya, rata-rata usia perempuan yang melahirkan anak pertama di negara ini meningkat menjadi 33 tahun pada tahun lalu. Jumlah masyarakat yang memutuskan untuk memiliki anak kedua mengalami penurunan sebesar 16,8%. Berdasarkan wilayah, ibu kota Seoul memiliki tingkat kelahiran terendah, yaitu 0,59.
Kurangnya anak membawa risiko jangka panjang bagi perekonomian. Mengurangi jumlah angkatan kerja, mempengaruhi pertumbuhan dan vitalitas banyak pekerjaan. Sementara itu, belanja kesejahteraan untuk penduduk lanjut usia juga menghabiskan anggaran nasional. Ini bisa digunakan untuk penelitian dan pengembangan serta untuk mempromosikan kegiatan bisnis.
Menghadapi situasi di atas, para pemimpin Korea telah meningkatkan subsidi bagi para lajang untuk membekukan telur dengan tujuan mendorong masyarakat memiliki lebih banyak anak. Pemerintah pun mengambil strategi hidup dengan populasi yang menua setelah melihat upaya tersebut tidak membuahkan banyak hasil. Para pejabat berfokus pada peningkatan kehidupan para pensiunan, mempercepat penggunaan robot, dan merekrut tenaga kerja asing.