Liputandelapan8.com, Brasil – Penyebab kematian massal lumba-lumba sungai Amazon diyakini disebabkan oleh kekeringan parah dan panas ekstrem. Pekan lalu, peneliti menemukan lebih dari seratus lumba-lumba mati di sungai Amazon Brasil. Para ahli meyakini bahwa penyebab lebih dari seratus lumba-lumba di sungai Amazon ini mati adalah kekeringan dan panas ekstrem, seperti yang dilaporkan oleh Reuters pada 2 Oktober. Ratusan bangkai lumba-lumba yang mengapung membuat Danau Tefé dan Sungai Solimoes di hutan Amazon Brasil berbau busuk.
Diantaranya adalah spesies yang ada dalam Buku Merah
Ibu Miriam Marmontel, seorang peneliti di Institut Lingkungan Mamiraua di Brasil, mengatakan bahwa timnya mencatat 120 lumba-lumba mati di Danau Tefé dalam seminggu terakhir. Termasuk dalam jumlah tersebut adalah lumba-lumba abu-abu Tucuxi dan lumba-lumba merah muda. Kedua spesies ikan ini sama-sama masuk dalam daftar merah Persatuan Internasional untuk Konservasi Alam.
Menurut Ibu Marmontel, jumlah lumba-lumba merah muda yang mati bisa mencapai 10% dari populasi spesies ini di Danau Tefé.
Ahli biologi dan para ahli lainnya harus mengenakan pakaian pelindung saat mengumpulkan bangkai ikan untuk mengkaji dan memahami penyebab kematian massal lumba-lumba.
Para peneliti yakin bahwa rendahnya permukaan sungai akibat kekeringan parah telah membuat suhu air menjadi terlalu tinggi. Suhu yang terlalu tinggi ini membuat lumba-lumba tidak dapat menyesuaikan diri. Belakangan ini, ribuan lumba-lumba sungai mati di Sungai Amazon karena kekurangan oksigen di dalam air.
Menurut kantor berita Reuters, suhu air di Danau Tefé pada 28 September mencapai 39 derajat Celsius, kemudian sedikit menurun selama beberapa hari, namun terus meningkat pada 1 Oktober.
Lumba-lumba sungai Amazon merupakan spesies lumba-lumba air tawar unik yang hanya ditemukan di sungai-sungai di Amerika Selatan. Mereka merupakan salah satu dari sedikit spesies lumba-lumba air tawar yang tersisa di dunia. Siklus reproduksi yang lambat membuat populasi mereka sangat rentan terhadap ancaman.
Institut Konservasi Keanekaragaman Hayati Chico Mendes di Brasil telah mengerahkan dokter hewan dan para ahli mamalia air untuk menyelamatkan lumba-lumba yang masih hidup di danau tersebut.