Liputandelapan8.com, Kenya- Otoritas Kesehatan Kenya membuka penyelidikan atas penyebab 100 siswi Kenya lumpuh dan tidak bisa berjalan karena patogen misterius.
Gadis-gadis itu belajar di sekolah St. Theresa’s Eregi, sebuah kota 374 km barat laut Nairobi. Video yang beredar di dunia maya memperlihatkan para siswa berusaha berjalan, namun gemetar, kehilangan kendali, dan perlu digendong serta ditopang oleh teman-temannya. Banyak anak yang terbaring di tempat tidur dan mengalami kejang di rumah sakit.
Dokter saat ini belum mengetahui secara pasti apakah penyebab 100 siswi Kenya lumpuh karena patogen misterius. Mereka mencoba mengirimkan sampel darah dan urin pasien ke laboratorium.
Susan Nakhumicha, Menteri Kesehatan Kenya, mengatakan tidak ada patogen yang teridentifikasi di antara komunitas pelajar di Sekolah Putri St. Theresa’s Eregi. Dia menyampaikan informasi ini kepada anggota Komite Investasi Publik pada Pendidikan dan Administrasi Kongres. Dia mengatakan tes lebih lanjut akan dilakukan untuk menentukan penyebab penyakit tersebut.
Ini mungkin merupakan kasus “histeria massal”
Banyak pengusaha pendidikan berspekulasi bahwa para siswa tersebut berpura-pura sakit karena hanya tinggal beberapa hari lagi menjelang ujian, menurut media setempat. Sementara itu, beberapa ahli mengatakan hal ini mungkin merupakan kasus “histeria massal”.
Ini adalah fenomena di mana orang kehilangan sebagian atau seluruhnya integrasi antara ingatan masa lalu, kesadaran, karakteristik pribadi dengan sensasi langsung, dan kontrol motorik. Gangguan ini lebih sering terjadi pada anak perempuan dan perempuan muda. Penyakit ini sering muncul setelah trauma psikologis, kesulitan dalam belajar, bekerja, dan hubungan yang tidak dapat diselesaikan oleh pasien.
Gangguan disosiatif massa merupakan suatu kondisi yang terjadi secara bersamaan dalam suatu kelompok atau kolektif seperti sekolah atau keramaian. Ketika satu orang dalam kelompok menunjukkan tanda-tanda penyakit, orang lainnya cenderung “menyebarkan penyakit”. Saat ini, para ilmuwan belum mengidentifikasi secara jelas kerusakan otak yang menyebabkan gangguan disosiatif dan gangguan disosiatif kolektif.
Gejala gangguan disosiatif sangat beragam, muncul dan berakhir secara tiba-tiba, dalam beberapa episode. Penyakit ini cenderung mengalami remisi setelah beberapa minggu atau bulan, namun dapat kambuh jika peristiwa traumatis terus berlanjut.
Pasien mungkin mengalami gangguan gerakan seperti kepala gemetar, mengangguk, kejang, menari, gemetar, kelumpuhan, dan gerakan anggota tubuh tanpa tujuan. Gangguan bicara (tidak dapat berbicara, kesulitan berbicara, gagap, ucapan tidak pantas). Penderita juga sering mengeluh sakit perut, sakit kepala, nyeri anggota badan… namun tidak dapat menemukan penyebab nyeri tersebut. Beberapa orang tertawa, menangis, menjerit, pingsan… tanpa menyadari tindakannya.
Gangguan disosiatif terutama diobati dengan terapi psikologis. Dikombinasikan dengan peningkatan kondisi fisik dan pembinaan kepribadian, pembentukan lingkungan yang sesuai. Proses ini memakan waktu lama dan memerlukan ketekunan dari tenaga medis, keluarga, dan pasien.