Bekerja 20 jam sehari karena takut AI mencuri pekerjaan Anda

Bekerja 20 jam sehari karena takut AI mencuri pekerjaan Anda

Liputandelapan8.com, Jakarta – Takut bahwa kecerdasan buatan? Pernahkah anda berpikir untuk bekerja 20 jam sehari karena takut AI mencuri pekerjaan seperti yang dilakukan Moyo. Busani Moyo, yang tinggal di kota Johannesburg, bekerja keras setiap hari karena takut dirinya digantikan oleh AI.

Selama tujuh tahun terakhir, Moyo, yang berusia 47 tahun, di Afrika Selatan, telah mempertahankan kebiasaan bekerja di rumah selama 20 jam sehari. Tujuannya adalah mencapai pencapaian “tidak pernah terlambat mengantarkan produk” kepada pelanggan, dan dia selalu menjauhi segala gangguan serta memaksakan diri untuk bekerja tanpa henti.

“Caranya adalah saya mencoba memperpanjang masa kerja saya di perusahaan yang memiliki review terbaik di platform pencarian kerja,” kata Moyo.

Meskipun memiliki penghasilan yang stabil, Moyo tetap merasa khawatir bahwa perkembangan AI bisa membuatnya kehilangan pekerjaan. Dia merasa tidak ada yang menghalangi perusahaan yang mempekerjakan karyawan lepas untuk beralih ke teknologi demi menghemat biaya.

“Kita hidup di era baru di mana AI mengambil alih segalanya, dan pekerjaan pembuat konten terancam. Itu sebabnya saya harus mencobanya setiap hari,” kata Moyo.

Pria berusia 47 tahun ini telah belajar menggunakan alat AI baru seperti ChatGPT dan Chatbot untuk mengikuti perkembangan teknologi digital yang sedang berkembang.

Moyo beralih menjadi pekerja lepas karena pekerjaan tradisional semakin sulit ditemukan

Moyo menjadi pekerja lepas pada tahun 2016, setelah meninggalkan pekerjaannya menulis konten pemasaran untuk sebuah perusahaan pertambangan. Segera setelah itu, dia membuat profil di Upwork, sebuah aplikasi pencarian kerja di mana banyak perusahaan membayar gaji sekitar 2,5 USD per jam. Saat itu, platform seperti Freelancer atau Paydesk juga hanya membayar dengan harga serupa, memaksa kandidat untuk memilih: setuju untuk bekerja atau menganggur.

Setelah beberapa waktu mencari, Moyo berhasil menandatangani kontrak dengan sebuah agensi pemasaran digital yang berbasis di AS. Di sana, ia membangun dan mengoptimasi situs web untuk menduduki peringkat teratas dalam hasil pencarian Google (SEO). Tiga tahun kemudian, kontraknya diputus, dan dia terus mencari pekerjaan baru.

Hingga saat ini, Moyo telah terhubung dengan 105 perusahaan berbeda melalui Upwork. Beberapa kliennya bermitra dengan merek teknologi besar seperti Amazon dan Microsoft. Hal ini memberi Moyo kesempatan untuk menulis konten pemasaran dan PR untuk perusahaan-perusahaan ini, meningkatkan kemampuan kerjanya.

Namun, pekerjaan kontrak sementara tidak bertahan lama, yang memaksa para pekerja lepas untuk selalu mencari proyek baru demi mempertahankan pendapatan yang stabil. “Banyak yang mengatakan bahwa saya memiliki jadwal kerja yang gila karena biasanya saya mulai jam 8 pagi sampai tengah malam, Senin sampai Minggu. Namun, hanya dengan cara itulah saya bisa menghidupi keluarga,” kata Moyo.

Pembuat konten situs web di Afrika Selatan seperti Moyo telah beralih ke pekerjaan lepas karena semakin sulitnya menemukan pekerjaan tradisional.

Menurut Asosiasi Freelancer Afrika Selatan (Safrea), pekerja lepas di negara tersebut memperoleh gaji rata-rata 155 rand per jam. Dalam tabel pendapatan tahun 2023, freelancer seperti Moyo akan menerima 550 rand per jam.

Bekerja dengan giat bukanlah sebuah kesalahan. Di era digital ini, AI sudah sangat mendominasi dunia. Bekerja 20 jam sehari karena takut AI mencuri pekerjaan Anda mungkin adalah sebuah hal yang wajar. Namun, perlu di ingat bahwa anda juga perlu menjaga kesehatan diri anda.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *