Liputandelapan8.com, Jakarta – Petani Selamat Dari Serangan Buaya, seorang petani asal Australia mengaku selamat dari gigitan buaya sepanjang tiga meter. Cara dia menyelamatkan diri yang bikin geleng-geleng kepala. Pria yang dimaksud bernama Colin Deveraux. Dirinya bercerita tentang aksi heroiknya dalam bertahan hidup di pedalaman Australia.
Saat itu Deveraux diserang buaya ketika berhenti di sebuah danau
Dilansir dari New York Post, Senin (13/11/2023), diceritakan bahwa peternak sapi berusia 60 tahunan ini sedang dalam perjalanan membangun pagar dekat rumahnya di Twin Hill Station. Saat itu Deveraux diserang buaya ketika berhenti di sebuah danau, yang dikenal sebagai billabong.
“Saya mengambil dua langkah dan bajingan kotor (buaya) itu menempel di kaki kanan saya. Itu adalah tangkapan besar, dan mengguncang saya seperti boneka kain dan kembali ke dalam air, menarik saya ke dalamnya,” kata Deveraux.
Deveraux mengatakan, pada awalnya dia mencoba menendang tulang rusuk predator bersisik itu untuk melepaskan diri. Sayangnya kaki kirinya belum cukup kuat untuk menghempaskan buaya sepanjang tiga meter tersebut.
Namun upaya untuk bisa selamat tidak sampai di situ saja. Dirinya pun menggunakan cara lain, dan berinisiatif memanfaatkan kekuatan giginya sebagai senjata.
“Saya berada dalam posisi yang canggung, tetapi secara tidak sengaja gigi saya tersangkut di kelopak matanya. Itu cukup tebal, seperti memegang kulit, tapi aku menyentakkan kelopak matanya dan dia melepaskannya,” ungkapnya.
Deveraux mengaku kalau seluruh serangan terjadi dalam waktu sekitar delapan detik. Setelah melepaskan kaki kanannya, ia pun melarikan diri menuju mobil.
“Dia mengejar saya sebentar, mungkin sejauh empat meter, tapi kemudian berhenti,” jelasnya.
Lanjut, Deveraux menggunakan handuk dan seutas tali, sebagai tourniquet darurat di kakinya yang terluka untuk membendung pendarahan. Kemudian saudaranya mengantar ke rumah sakit terdekat.
Ia menambahkan kalau hal ini menjadi pelajar hidup baginya. Ke depannya dirinya akan lebih berhati-hati terhadap lingkungan sekitar.
“Saya sudah terlalu lama berjalan-jalan di daerah rawa itu untuk memperbaiki pagar dan menjalani kehidupan, namun hal ini membuka mata saya,” pungkasnya.