Liputandelapan8.com, Jakarta – Pembunuh Berantai Oki Yang Gegerkan Amerika-Indonesia, Harnoko Dewantoro alias Oki dikenal hidup mewah dan berpenampilan necis selama tinggal di Los Angeles. Tapi tak disangka, ia adalah pembunuh berantai yang menggegerkan Amerika dan Indonesia pada 1990-an.
Sebut saja namanya Joe. Ia girang ketika dikabari oleh pengelola gudang U-Haul Self Storage di Parthenia Street, Northridge, Los Angeles, California, Amerika Serikat, bahwa dirinya adalah pemenang lelang. Pria itu mendapatkan satu unit gudang sewaan di Blok 18100 yang telah lama ditinggal penyewa lama. Lantas ia datang untuk melihat kondisi dan isi barang di gudang tersebut pada 10 Agustus 1994.
Saat Joe membuka rolling door gudang, mendadak hidungnya mencium bau tak sedap. Bau busuk menyeruak ke udara. Setelah diselidiki, bau itu bersumber dari sebuah boks besar yang teronggok di pojokan gudang. Ketika Joe membuka boks itu, bau bangkai semakin menyengat. Di dalam boks terlihat bungkusan plastik berlapis-lapis diikat dengan lakban hitam.
Semakin penasaran, Joe membuka bungkusan plastik di dalam boks tersebut. Dia terperanjat, suaranya tercekat, ketika melihat isi di dalam bungkusan yang ternyata mayat manusia. Joe panik dan berlari mendatangi kantor pengelola gudang untuk memberitahukan apa yang dilihatnya. Mereka menghubungi polisi terdekat. Tak lama, polisi dari Los Angeles Police Department (LAPD) dan tim forensik tiba di lokasi.
Menemukan dua boks besar yang sama ukurannya
Dia memukuli saudaranya sendiri sampai mati. Pistol yang digunakan untuk menembak Suresh telah ditemukan. Tapi senjata yang digunakan untuk membunuh Aswar dan Darmawan belum ditemukan saat itu.”
Saat melakukan penyelidikan, polisi menemukan dua boks besar yang sama ukurannya. Begitu dibuka, di dalamnya juga berisi bungkusan plastik berlapis yang dilakban. Para polisi terkejut isi boks itu adalah bungkusan mayat manusia yang sudah membusuk. Jadi di dalam gudang itu tersimpan tiga mayat manusia.
Polisi menduga ketiganya merupakan korban pembunuhan karena kondisi tubuh ketiga mayat itu rusak. Mayat-mayat itu sengaja disimpan di gudang agar tidak terlacak. Awalnya polisi LAPD kesulitan mengidentifikasi ketiga mayat itu. Tapi polisi mendapatkan petunjuk dari pengelola gudang berupa dua carik kertas berupa cek yang digunakan untuk membayar sewa unit gudang tersebut.
Kedua cek itu diterbitkan bank di Indonesia, yaitu Bank Bumi Daya, atas nama Sekartini, yang beralamat di Jakarta. Satu unit gudang yang terdapat tiga mayat itu disewa dua kali, yaitu pada 13-31 Desember 1991 atas nama Triharto Darmawan dan pada 11 Februari hingga 12 April 1992 atas nama Shamir Tawakkal. Polisi mendapat laporan bahwa sebelumnya Triharto Darmawan alias Eri telah dilaporkan hilang. Polisi LAPD mengetahui Eri mempunyai kakak bernama Harnoko Dewantoro alias Oki, yang juga tinggal di kawasan LA.
Penyewa gudang dan juga adik Oki
Satu bulan kemudian, tim forensik LAPD akhirnya berhasil mengungkap identitas ketiga mayat yang ditemukan di dalam gudang sewaan itu. Mereka adalah Suresh Gobin Mirchandani (40), Gina Sutan Aswar (30), dan Triharto Darmawan (26). Korban terakhir inilah yang ternyata disebut namanya tercantum sebagai penyewa gudang dan juga adik Oki.
Dikutip dari koran Los Angeles Times, edisi 18 Februari 1995, polisi berusaha mencari keberadaan Oki–media lokal di AS menyebut namanya Harnoko Dewantoro. Para detektif LAPD menanyai sejumlah rekan dan kolega Oki di LA. Mereka mengaku melihat terakhir kali Oki pada Februari 1993. Polisi menduga saat itu Oki telah meninggalkan AS menuju Indonesia.
Polisi juga mencurigai Oki bepergian menggunakan identitas palsu. Hal itu semakin memperkuat keyakinan polisi bahwa Oki terkait erat dengan ketiga mayat yang ditemukan di gudang penyimpanan barang itu. LAPD menghubungi Interpol, yang kemudian Interpol melanjutkan kontak dengan Mabes Polri di Jakarta.
LAPD mengirimkan dua detektifnya, yaitu Ted Ball dan Ed Ramirez, berangkat menuju Jakarta untuk melakukan penyelidikan bersama tim Mabes Polri yang dipimpin Gories Mere. Semua bukti yang ditemukan LAPD, termasuk cek Bank Bumi Daya dan paspor palsu yang digunakan Oki, diberikan kepada tim Polri. Tim Gories Mere lalu melacak keberadaan Oki. Hingga akhirnya Oki diringkus polisi saat bercengkerama dengan keluarga di Jakarta pada 3 Januari 1995.
Penangkapan Oki saat itu menggemparkan masyarakat
Oki langsung digelandang ke Mabes Polri untuk diinterogasi. Awalnya, Oki dituduh atas pemalsuan identitas dan pembuatan paspor palsu saat masuk ke Indonesia. Tapi interogasi selanjutnya baru mengarah pada soal kasus pembunuhan atas nama Suresh, Gina, dan adiknya, Eri, di AS di LA. Penangkapan Oki saat itu menggemparkan masyarakat dan menjadi berita utama di semua media Indonesia, dan khususnya di LA.
Oki lahir di Jakarta pada 3 November 1964. Ia merupakan putra pasangan Hendarno Hendarmin, seorang pejabat di Bank Indonesia, dan Sekartini Handijaya, yang bekerja di Bank Bumi Daya. Oki berasal dari keluarga broken home, karena ayah dan ibunya sudah lama bercerai. Ia datang ke AS sejak akhir 1980-an. Oki awalnya tinggal dan bersekolah di Kansas. Sempat pindah ke Pennsylvania sebelum akhirnya menetap di LA.
“Setelah pindah ke Los Angeles, Dewantono (Dewantoro) tinggal di berbagai tempat, seperti North Hills, Northridge, Westwood, dan Lake Forest di Orange County,” kata Ted Ball yang dikutip Los Angeles Times, 18 Februari 1995.
Kepada polisi, Oki mengakui telah membunuh ketiga orang itu. Ia menyewa gudang dengan nama adiknya sendiri, Eri, dan nama palsu Shamir Tawakkal agar tak terlacak. Ia juga meminta ibunya mengirimkan cek sebanyak dua kali untuk biaya sewa gudang tersebut. Ibunya sama sekali tak tahu cek-cek itu digunakan untuk sewa gudang dan menyimpan mayat, apalagi salah satu mayat adalah anaknya sendiri.
Korban pertama yang dibunuh Oki adalah Suresh Mirchandani
Pengakuan Oki kepada tim polisi selalu berubah-ubah. Awalnya Oki mengaku yang membunuh Suresh Mirchandani adalah adiknya, Eri. Kemudian dia mengaku lagi, dialah yang membunuh Suresh Mirchandani dan Gina Sutan Aswar. Ia mengaku membunuh adiknya sendiri, Eri, tak sengaja, karena mempertahankan diri. Yang jelas korban pertama yang dibunuh Oki adalah Suresh Mirchandani, warga LA asal India.
Pada 1990, Oki mendirikan usaha laundry di kawasan Woodland Hill dengan modal USD 110 ribu. Uang itu merupakan pemberian pacarnya, Rulyanti (Ipung). Lalu pada Maret 1991, Oki menjual bisnis laundry kepada Suresh Mirchandani dengan harga USD 100 ribu. Suresh membayar uang muka USD 20 ribu, sisanya akan dicicil selama 5 tahun dengan bunga 10 persen per tahunnya.
Namun, lima bulan berjalan, Suresh tak kunjung membayar cicilan dan selalu mengaku tak punya uang. Oki, yang habis kesabarannya, mengajak adiknya, Eri, menggunakan mobil BMW-nya menemui Suresh pada 19 Agustus 1991. Saat itu, Oki membawa sepucuk pistol revolver yang dibeli atas nama Eri. Suresh bukannya menjanjikan untuk membayar cicilan utangnya, tapi malah akan mengembalikan bisnis laundry kepada Oki.
Oki naik pitam, ia langsung meraih pistol dari balik bajunya dan menembak dada Suresh dari jarak dekat di dalam mobil. Oki lalu membawa mayat Suresh dan sempat membeli boks besar. Di rumahnya, Oki memotong kedua tangan Suresh. Lalu semua dibungkus plastik berlapis-lapis dengan diikat dengan lakban. Jasad Suresh sempat disembunyikan di gudang di kawasan San Fernando dan berapa gudang lainnya sebelum akhirnya disimpan di gudang U-Haul, Northridge.
Gina datang ke LA karena bujukan Oki
Korban kedua adalah Gina Sutan Aswar, yang diketahui merupakan putri bungsu Sutan Aswar, salah satu tokoh pendiri Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) dan anggota DPR/MPR periode 1966-1976. Gina datang ke LA karena bujukan Oki, yang mengajaknya bisnis real estate. Saat itu Gina datang dengan membawa wesel (bank draft) sebesar USD 200 ribu. Untuk tambahan modal bisnis real estate, Gina meminjam uang USD 20 ribu dari Oki dan USD 15 ribu dari Eri.
Tapi kenyataannya bisnis real estate tak berjalan, sementara uang yang dipinjamkan Oki juga tak kunjung dikembalikan Gina. Apalagi gadis itu malah pergi liburan ke Paris, Prancis, selama beberapa waktu lamanya. Sepulang liburan, Gina dijemput Oki dengan mobil BMW-nya di bandara LA pada 2 November 1992. Di tengah jalan, Oki sempat membeli minuman keras dan kokain. Lalu mereka menuju rumah sewaan Oki di Brentwood.
Sambil mencicipi minuman keras, Oki dan Gina terlibat pembicaraan soal uang yang dipinjamkan itu. Gina justru mengatakan berniat membatalkan bisnis real estate dan akan mengembalikan uang Oki setelah mendapatkan kiriman dari Indonesia. Hati Oki bergemuruh emosi, tapi hal itu tak ditunjukkan kepada Gina. Malam semakin larut, Gina hendak pulang. Oki pura-pura mengantar Gina menuju garasi mobil.
Tiba-tiba, Oki meraih kunci Inggris dan memukulkannya beberapa kali ke kepala Gina. Gadis itu tak berdaya dan langsung tewas di tempat bersimbah darah. Malam itu juga, Oki memasukkan jasad Gina ke bagasi mobilnya. Ia membersihkan garasi dari darah yang berceceran. Pagi harinya, Oki membeli boks besar dan memasukkan jasad Gina ke dalamnya. Boks berisi jasad Gina sempat dipindah beberapa kali ke sebuah gudang. Akhirnya disimpan di gudang U-Haul, Northridge pada awal 1993.
Menyambar palu besar dan menghantamkan ke kepala Eri.
Korban ketiga, adik kandung Oki sendiri, Eri. Oki mendatangi apartemen adiknya di kawasan Santa Monica awal Desember 1992 (setelah membunuh Gina). Saat bertemu, Eri tengah menenggak minuman beralkohol, Oki ikut minum. Kakak-adik itu terlibat obrolan bisnis laundry dan real estate yang tak jadi hingga akhirnya obrolan memanas dan berujung perkelahian. Eri sempat mengacungkan pistol kepada kakaknya.
Oki, yang tahu pistol yang dipegang adiknya tak berpeluru, langsung menyambar palu besar dan menghantamkan ke kepala Eri. Bak kesetanan, Oki memukulkan palu itu ke kepala adiknya hingga hancur. Oki dari awal memang diketahui berniat membunuh adiknya sendiri, karena tahu apa yang sudah dilakukannya kepada Suresh dan Gina.
“Dia memukuli saudaranya sendiri sampai mati. Pistol yang digunakan untuk menembak Suresh telah ditemukan. Tapi senjata yang digunakan untuk membunuh Aswar dan Darmawan belum ditemukan saat itu,” ucap Ted Bell lagi.
Sama dengan dua korban sebelumnya, jasad Eri dibungkus berlapis-lapis plastik dan dilakban. Jasadnya dimasukkan ke dalam boks, sempat mampir ke beberapa gudang dan akhirnya pada 1993 disimpan di gudang yang sama di U-Haul, Northridge. Hingga setahun lebih pada 10 Agustus 1994, ketiga jasad itu ditemukan.
Mengakui telah membunuh Eri karena tak sengaja
Awalnya LAPD berusaha membawa Oki ke AS karena semua kejahatannya dilakukan di LA. Tapi upaya itu gagal, karena memang tidak ada perjanjian ekstradisi antara pemerintah Indonesia dan AS saat itu. Akhirnya kasus itu tetap disidik dan disidangkan di Pengadilan Jakarta Pusat pada Juni 1996.
Selama persidangan, Oki membantah telah membunuh Suresh dan Gina. Tapi ia mengakui telah membunuh Eri karena tak sengaja. Oki mengakui semua tuduhan itu karena tak tahan saat diinterogasi polisi pada 4 Februari 1995. Alasannya, fisik dan mentalnya tengah down karena orang tuanya stres atas kasus itu.
Tapi majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat yang dipimpin IGK Sukarta tetap memvonis Oki bersalah dengan hukuman maksimal, hukuman mati. Beberapa kali ia mencoba mengajukan grasi pada era Presiden Megawati Soekarnoputri, tapi ditolak. Selama menunggu eksekusi, Oki mendekam di Lapas Cipinang, Jakarta Timur.