Kisah Dokter Di Jepang Bunuh Diri Karena Kerja Lembur

Kisah Dokter Di Jepang Bunuh Diri Karena Kerja Lembur

Liputandelapan8.com, Jakarta – Kisah Dokter Di Jepang Bunuh Diri Karena Kerja Lembur, Jepang dikenal dengan jam kerja relatif panjang serta masyarakatnya yang pekerja keras. Namun diduga akibat bekerja tanpa henti karena tuntutan kantor, seorang dokter muda frustasi hingga bunuh diri. Keluarga dari pria bernama Takashima Shingo berencana menuntut sebuah rumah sakit tempatnya bekerja. Tuntutan berdasarkan dugaan karena kantornya telah memaksa anak mereka bekerja hingga meninggal.

Peristiwa itu terjadi satu tahun lalu, tepatnya pada Mei 2022. Takashima yang seorang dokter residen di Konan Medical Center, Kobe, Jepang, meninggal bunuh diri diduga karena tuntutan kerja yang berlebihan.

Seperti dilansir Nextshark, berdasarkan penjelasan pengacara keluarga, pria 26 tahun tersebut bekerja lebih dari 207 jam di bulan sebelum kematiannya. Takashima juga disebut belum pernah libur selama tiga bulan.

Ibu-dan-anaknya-seorang-dokter-yang-sudah-tiada-Kisah Dokter Di Jepang Bunuh Diri Karena Kerja Lembur
Kisah Dokter Di Jepang Bunuh Diri Karena Kerja Lembur

Berkali-kali curhat tapi tidak ada orang yang peduli dengan keadaannya

Sebelum kematiannya, dia meninggalkan memo untuk kedua orangtuanya. Dalam catatan tersebut Takashima berterima kasih karena masih sempat menghubungi untuk terakhir kalinya dan menjelaskan bahwa dia, “mencoba untuk tidak melakukan ini, tapi aku sudah mencapai batas.”

Dalam konferensi pers, ibu Takashima mengatakan bahwa putranya berkali-kali curhat tidak ada orang yang peduli dengan keadaannya. Dia meyakini lingkungan kerja yang tidak sehat telah membuatnya kehilangan kendali atas dirinya.

Sementara dalam konferensi pers terpisah, Konan Medical Center membantah mengetahui dokter muda tersebut bekerja terlalu keras. Catatannya – dilaporkan ditinjau oleh komite khusus yang terdiri dari dokter dan pengacara – menunjukkan bahwa Takashima telah bekerja lembur selama 197 jam 36 menit pada April 2022, kemudian 133 jam 15 menit pada Mei.

“Ada kalanya (dokter) menghabiskan waktu belajar sendiri dan tidur sesuai kebutuhan fisiologisnya. Karena tingkat kebebasan yang sangat tinggi, tidak mungkin menentukan jam kerja secara akurat,” kata juru bicara rumah sakit, seperti dikutip dari CNN.

Kemudian pada Juni 2023, Kantor Inspeksi Standar Ketenagakerjaan Nishinomiya memutuskan kematian Takashima sebagai insiden terkait pekerjaan yang disebabkan oleh jam kerja sangat panjang. Namun, tidak jelas apakah penetapan ini membuat rumah sakit tetap bertanggung jawab.

Jepang memiliki catatan kematian yang mengkhawatirkan terkait dengan kerja berlebihan, sebuah fenomena sosial yang dikenal sebagai “karoshi.” Pemerintah dilaporkan menerima sekitar 200 klaim karoshi per tahun, namun para aktivis memperkirakan jumlah sebenarnya mencapai 10.000.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *