Desa boneka di Jepang

Desa boneka di Jepang

Liputandelapan8.com, Jepang – Desa boneka Nagoro di Jepang selatan hanya dihuni sekitar 30 orang. Namun, ada ratusan orang-orangan sawah yang ditempatkan di mana-mana.

Sebelumnya, desa Nagoro di selatan Jepang berpenduduk ratusan orang. Namun, kini desa boneka ini hanya tersisa beberapa puluh orang saja. Nagoro adalah desa tenang yang terletak di Lembah Iya di Prefektur Tokushima. Faktanya, ini bukan satu-satunya desa boneka di Jepang.

Desa Nagoro hanya dihuni sekitar 30 orang, namun jumlah patungnya lebih dari 10 kali lipat, hingga mencapai 350. Semuanya diciptakan oleh seniman Tsukimi Ayano sejak tahun 2003, ia juga melakukannya dengan tujuan untuk menciptakan suasana musim dingin yang lebih bahagia dan mengurangi dinginnya desa yang sudah sepi.

Sebagian besar orang-orangan sawah mengenakan pakaian milik penduduk desa tercinta, sehingga memberikan tampilan yang autentik namun menyeramkan. Orang-orangan sawah ini terlihat bekerja di ladang, di halte bus, atau sekadar berdiri di seberang jalan sambil menatap Anda.

Di balik desa Nagoro, terdapat kisah pilu

Desa Nagoro mungkin terlihat aneh bagi sebagian besar orang, namun memiliki kisah sedih di baliknya. Dulunya merupakan desa yang ramai dengan ratusan penduduk, kini menjadi kawasan terpencil dengan hanya 30 penduduk. Banyak penduduk desa yang berangkat ke kota besar untuk mencari pekerjaan, sementara banyak pula yang meninggal dunia.

Kisah orang-orangan sawah yang menyerbu desa dimulai pada awal tahun 2000-an, ketika Tsukimi Ayano kembali ke desa Nagoro untuk merawat ayahnya. Dia membuat orang-orangan sawah pertamanya, yang bentuknya mirip ayahnya, untuk mengusir burung gagak yang merusak sayuran yang dia coba tanam.

Seiring berjalannya waktu, Tsukimi mulai membuat lebih banyak orang-orangan sawah agar terlihat seperti tetangga dan teman yang telah meninggal atau pindah. Orang-orangan sawah ini ditempatkan di tempat-tempat yang penting bagi mereka selama berada di desa. Dia merasa ini adalah cara dia memberikan penghormatan kepada penduduk desa dan desa Nagoro yang dulunya makmur.

Tentu saja, meski Tsukimi membuat desanya terlihat lebih ramai, boneka-boneka ini akan memiliki umur yang lebih pendek dibandingkan dengan boneka-boneka yang pernah tinggal di Nagoro dan telah pindah. “Boneka tidak bisa hidup selama manusia sungguhan,” katanya. “Mereka bisa bertahan selama tiga tahun.”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *