Liputandelapan8.com, Wuhan – Peneliti terkemuka dari Institut Virologi Wuhan di China, yaitu Shi Zhengli, memperingatkan bahwa epidemi serupa dengan COVID-19 dapat menyebar dari 20 jenis spesies virus corona baru berisiko tinggi lainnya.
Shi Zhengli, seorang ahli virologi yang dikenal sebagai “wanita kelelawar,” adalah pakar utama dalam penelitian virus mirip SARS yang berasal dari kelelawar. Dr. Shi, dokter dari Wuhan baru-baru ini memperingatkan 20 jenis virus corona baru dalam sebuah penelitian yang diterbitkan belakangan.
Dalam penelitiannya, dia menegaskan bahwa dunia harus bersiap menghadapi penyakit lain yang serupa dengan COVID-19. Hal ini disebabkan oleh kemungkinan bahwa virus corona yang menjadi penyebab COVID-19 ini mungkin pernah muncul sebelumnya. Hal ini meningkatkan risiko penyakit serupa muncul kembali, seperti yang dilaporkan oleh South China Morning Post.
Kelompok virus corona mencakup dua spesies yang sangat berbahaya, yaitu SARS-CoV dan SARS-CoV-2. Virus ini merupakan virus yang menyebabkan pandemi SARS dan COVID-19 sebelumnya dan mengakibatkan banyak kematian di seluruh dunia.
Sangat mungkin epidemi yang disebabkan oleh virus corona akan terulang kembali
Dalam penelitian ini, tim Dr. Shi dari Institut Virologi Wuhan mengevaluasi risiko penyebaran 40 spesies virus corona ke manusia. Dari penelitian tersebut, setengahnya dianggap “berisiko tinggi”.
Dari jumlah tersebut, terdapat bukti bahwa enam spesies dapat menyebabkan penyakit pada manusia. Sementara itu, tiga spesies lainnya menyebabkan penyakit atau memiliki kemampuan untuk menginfeksi hewan lain. Studi ini memberikan peringatan bahwa “hampir dapat dipastikan akan ada penyakit yang muncul di masa depan,” dan bahwa kemungkinan epidemi yang disebabkan oleh virus corona akan terulang.
Penelitian ini didasarkan pada analisis karakteristik virus, termasuk populasi, keragaman genetik, spesies inang, dan riwayat penyakit zoonosis sebelumnya. Para penulis juga mengidentifikasi inang penting dari patogen berisiko tinggi. Inang ini termasuk inang alami seperti kelelawar dan hewan pengerat, serta inang perantara seperti unta, musang, babi, atau trenggiling.
Studi ini juga menyoroti pentingnya memiliki alat pengujian yang cepat dan sangat akurat untuk memantau virus berisiko tinggi ini secara proaktif. Artikel ilmiah ini diterbitkan dalam jurnal berbahasa Inggris, Emerging Microbes & Infections, pada bulan Juli, tetapi baru-baru ini mendapatkan perhatian di jejaring sosial Tiongkok.
Sementara banyak ahli virologi Tiongkok enggan mengomentari penelitian terbaru Shi. Hal ini dikarenakan sensitivitas tinggi yang melibatkan penelitiannya. Institut Virologi Wuhan juga menjadi fokus banyak keraguan dan kontroversi seputar asal-usul virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan pandemi COVID-19. Beberapa orang berpendapat bahwa virus yang tidak biasa ini mungkin bocor dari laboratorium institut tersebut, menjadikan Wuhan sebagai pusat epidemi pertama di dunia.