Liputandelapan8.com, Australia – Standar Makanan Australia dan Selandia Baru (FSANZ), menyerukan pendapat masyarakat mengenai pisang hasil rekayasa genetika pertama di dunia yang dikembangkan oleh ilmuwan Australia.
Ini adalah varietas pisang hasil rekayasa genetika pertama di dunia, hasil dari proyek selama 20 tahun yang dilakukan oleh para ilmuwan di Queensland University of Technology (QUT). Permohonan lisensi telah diajukan ke FSANZ pada Mei lalu.
Dr. Sandra Cuthbert, Direktur Eksekutif FSANZ, mengatakan bahwa ini adalah buah rekayasa genetika utuh pertama yang ditinjau oleh FSANZ. Jika disetujui, ini akan menjadi pertama kalinya pisang hasil rekayasa genetika disetujui di dunia. Selain itu, ini juga menjadi buah hasil rekayasa genetika pertama di Australia yang ditanam dan dikonsumsi.
Varietas pisang dibiakkan oleh para ilmuwan untuk meningkatkan ketahanan terhadap epidemi Panama
Sementara itu, Profesor James Dale di Queensland University of Technology (QUT) menyatakan bahwa makanan hasil rekayasa genetika akan menjadi makanan yang aman dalam sistem pangan. Menurut Mr. Dale, dunia saat ini menghadapi perubahan iklim yang serius, dan produksi pangan sangat rentan terhadap faktor cuaca buruk. Oleh karena itu, masyarakat perlu mendorong penggunaan teknologi untuk menciptakan varietas tanaman yang lebih tahan terhadap perubahan iklim. Hal ini juga dilakukan sambil mengatasi pertumbuhan populasi dan dampak globalisasi.
Salah satu contoh varietas tanaman yang dimodifikasi secara genetik adalah pisang dengan nama ilmiah QCAV-4,. Pisang ini yang telah dikembangkan oleh para ilmuwan untuk meningkatkan ketahanan terhadap epidemi Panama. Epidemi tersebut telah menghancurkan industri pisang Cavendish secara global selama dekade terakhir.
Profesor Dale menjelaskan bahwa epidemi Panama disebabkan oleh jamur yang ada di dalam tanah. Jamur ini tumbuh dan menyebar ke dalam batang pisang, merusak jaringan pembuluh darah pisang, menyebabkan daun menguning, layu, dan akhirnya mati. Jamur ini juga telah ditemukan di Wilayah Utara Australia dan negara bagian Queensland.
Selain itu, menurut Profesor Dale, jamur tersebut dapat menyebar dari satu negara ke negara lain karena adanya tren globalisasi. Australia telah beruntung karena telah menerapkan langkah-langkah biosekuriti yang efektif, yang telah memperlambat penyebaran jamur tersebut. Namun, situasinya sulit dikendalikan di negara-negara seperti Filipina dan Tiongkok. Ia juga menambahkan bahwa penyakit ini telah menyebar ke Amerika Selatan, termasuk Kolombia, Venezuela, dan mungkin akan menyebar ke Ekuador, yang merupakan eksportir pisang terbesar di dunia.
FSANZ (Food Standards Australia New Zealand) menegaskan bahwa setiap buah hasil rekayasa genetika di Australia yang dipasarkan di masa depan akan diberi label yang jelas untuk konsumen.