Liputandelapan8.com, Afrika – Berbeda dengan tanduk lurus panjang pada jenis antelop lainnya, antelop Gemsbok di Taman Transfrontier Kgalagadi memiliki tanduk melengkung yang tidak biasa. Antelop gemsbok bertahan hidup ketika tanduk melengkung ini tumbuh di lehernya
Pieter Venter bertemu dengan kijang gemsbok yang memiliki penampilan yang tidak biasa saat berkunjung ke taman nasional Kgalagadi Transfrontier, seperti yang dilaporkan dalam Laporan Penampakan Terbaru pada 10 September. Di danau, Pieter melihat kijang gemsbok.
“Awalnya, ia tampak seperti antelop gemsbok lainnya. Namun, ketika kami melihat lebih dekat, kami melihat sesuatu yang tidak biasa – tanduk hewan tersebut menusuk lehernya dan jelas ia kesakitan,” ujarnya.
Antelop gemsbok
Gazelle gemsbok (Oryx gazella), juga dikenal sebagai kijang bertanduk pedang, adalah spesies asli yang hidup di daerah kering di Afrika. Mereka memiliki leher dan bahu yang berotot, kaki yang terlihat seperti kaus kaki berwarna putih dengan bercak hitam di bagian depan kaki depan. Mereka biasanya hidup dalam kelompok 10 – 40 hewan dengan umur sekitar 20 tahun.
Baik jantan maupun betina memiliki ciri khas tanduk yang panjang dan lurus. Pada jantan, tanduknya biasanya lebih tebal dengan pangkal lebih besar, sedangkan tanduk pada betina sedikit lebih panjang dan tipis.
Antelop gemsbok betina menggunakan tanduknya untuk melindungi diri dan anaknya dari pemangsa. Sementara pejantan, umumnya menggunakan tanduknya untuk melindungi wilayahnya dari pejantan lain. Tanduk mereka yang mengesankan, dengan panjang rata-rata mencapai 85 cm, juga menjadi alasan mengapa mereka banyak diburu, karena tanduk tersebut bisa digunakan untuk membuat terompet.
Entah kenapa, antelop gemsbok yang ditemui Pieter memiliki salah satu tanduk yang berkembang secara tidak normal. Alih-alih tumbuh lurus, tanduknya malah melengkung dan menusuk leher hewan tersebut. Mau tidak mau, antelop harus bertahan hidup ketika tanduk melengkung tumbuh dan menusuk di lehernya. “Kami ingin membantu, tapi kami tahu kami tidak bisa mengganggu alam. Jadi, setelah mempertimbangkan, kami mengambil keputusan sulit untuk pergi dan melanjutkan tur kami,” kata Pieter.
“Saya berharap dapat melakukan sesuatu untuk membantu kijang gemsbok. Namun terkadang, kita harus membiarkan alam mengambil jalannya dan mengingat bahwa setiap momen di alam liar adalah pelajaran berharga,” ungkapnya.