Liputandelapan8.com, Jakarta – Artis Korea Honey lee Dikritik Karena Fisiknya, Aktris Honey Lee mengawali kariernya di industri hiburan dengan mengikuti kontes kecantikan. Kini jadi salah satu artis papan atas Korea Selatan, wanita 40 tahun ini sempat ‘tidak diterima’ publik karena fisiknya.
Bintang film ‘Extreme Job’ ini bercerita tentang pengalamannya berkompetisi di kontes kecantikan Miss Korea dan Miss Universe pada 2006 silam. Mewakili negaranya di ajang kecantikan bertaraf internasional, Lee Honey justru dicibir dan mendapat ujaran kebencian karena penampilannya dianggap tidak sesuai standar kecantikan di Negeri Ginseng.
Ibu satu anak ini memiliki tubuh atletis
Saat mengikuti kontes, Honey Lee memang tampil sedikit berbeda dari finalis lainnya. Ibu satu anak ini memiliki tubuh atletis, sedikit berotot dan berkulit coklat.
Sementara itu hampir semua kompetitor lainnya naik ke panggung dengan kulit putih pucat dan tubuh sangat ramping yang merupakan ‘standar kecantikan’ wanita Korea. Lee Honey mengatakan visualnya di masa itu tidak terlalu cocok dengan tampilan fisik yang diinginkan untuk kontes kecantikan.
“Pada tahun 2006, ketika saya berkompetisi di Miss Korea, saya tidak melihat banyak kontestan yang olahraga. Banyak dari mereka memiliki warna kulit pucat, hampir tembus cahaya…” ungkapnya saat jadi bintang tamu di salah satu episode podcast MMTG, seperti dilansir Koreaboo.
“Anda tahu ketika kita harus membungkuk hormat dan menyapa (audiens)… Saya naik ke panggung, dengan kulit saya yang kecokelatan, dan melakukan itu. Otot paha saya terlihat, lurus ke bawah. Nah, itu dianggap keren sekarang. Tapi waktu itu… mereka melihatnya seperti, ‘Oh, apa yang terjadi dengan kedua pahanya? Kenapa sangat berisi?” lanjut Honey Lee.
Selain itu, menurutnya, kontes kecantikan tersebut menganggap sikapnya yang percaya diri juga ‘berlebihan’. Dia diinstruksikan untuk berjalan dengan lemah gemulai dan tidak terlalu menunjukkan kepribadiannya yang penuh percaya diri dan berseri-seri.
“Beberapa dari mereka bahkan mengatakan bahwa saya tidak boleh berjalan dengan terlalu yakin… seolah-olah mereka ingin saya berjalan ‘lebih elegan’ atau apa pun,” tambahnya.
Harus menghadapi batu sandungan dalam menjajaki karier di dunia akting
Dengan berbagai kritikan yang ditujukan padanya, Lee Honey berhasil membuktikan bahwa jadi diri sendiri adalah kunci keberhasilannya di kontes kecantikan. Terbukti, dia memenangkan Miss Korea 2006 dan mewakili negaranya di Miss Universe 2007.
Namun tantangan tak berhenti sampai di situ. Setelah melepaskan mahkota dan selendang Miss Korea, Lee Honey masih harus menghadapi batu sandungan dalam menjajaki karier di dunia akting, karena penampilannya.
Dia masih saja menghadapi kritik yang tidak masuk akal terhadap penampilannya. Honey Lee yang memiliki lesung pipi dianggap tidak menarik bagi standar kecantikan Korea. Sebab di masa itu, lesung pipi dilihat sebagai ‘kecacatan’, bahkan dia pernah disarankan menjalani operasi untuk menghilangkannya.
“Saya telah menjalani seluruh hidup saya dengan mempertimbangkan kepercayaan diri saya sebagai aset terbesar. Jadi saat berumur 20-an, saya sempat berpikir tidak akan cocok dengan industri ini,” curhatnya.
Dia melanjutkan, “Maksud saya, saya bahkan mendengar seloroh bahwa tubuh saya ‘terlalu besar’ untuk menjadi seorang aktris. Mereka bilang saya terlalu besar di depan kamera. Dan mereka selalu menunjuk lesung pipi ini. Mereka ingin saya menghilangkannya. Ada ahli bedah plastik yang menghubungi saya dan mengatakan bahwa mereka dapat membantu saya menghilangkan lesung pipi.”
Pada satu titik, Honey Lee tidak berpikir bahwa dia akan memiliki peluang untuk menjadi sukses di industri hiburan karena standar kecantikan yang tidak inklusif tersebut. Untungnya, dunia yang seperti itu telah berubah menjadi lebih baik.
“Saya sangat ragu bahwa saya akan memiliki kesempatan untuk menjadi aktris terkenal. Saya selalu berpikir bahwa saya mungkin harus menyerah pada jalur karier ini (karena standar-standar ini). Namun segalanya berbalik begitu cepat. Hanya dalam satu dekade terakhir, dunia berubah total dan menjadi lebih menerima karakter yang berbeda. Dan saya banyak berpikir tentang betapa inklusifnya dunia sejak 10-15 tahun lalu,” pungkasnya.