Liputandelapan8.com, Jakarta – Hasil penelitian menunjukkan bahwa ayam yang mengalami perubahan kecil pada gen tertentu sangat tahan terhadap flu burung dan ini pertama di dunia.
Para ilmuwan telah menciptakan ayam yang tahan flu burung pertama di dunia dalam sebuah langkah yang dapat membuka jalan bagi unggas hasil rekayasa genetika di peternakan Inggris. Ayam jenis ini telah mengalami sedikit perubahan kecil pada salah satu gennya sehingga sangat tahan terhadap flu burung. Sembilan dari 10 ayam tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi ketika terkena virus dalam dosis normal. Namun, infeksi ini tidak dapat dicegah sepenuhnya. Tim berpikir mereka dapat mencapai hal tersebut sebelum memperkenalkan ayam hasil rekayasa genetika ke peternakan. Hal ini karena risiko virus bisa berevolusi menjadi lebih berbahaya bagi manusia.
“Dengan dosis virus alami, ayam hasil rekayasa genetika kami sebenarnya kebal terhadap penyakit tersebut. Namun ketika kami menerapkan dosis virus yang sangat tinggi, kami menemukan bahwa 1 dari 2 ayam mengalami infeksi terobosan (terjadi ketika metode tersebut gagal menimbulkan kekebalan terhadap virus patogen)”, kata Profesor Wendy Barclay di Imperial College London, salah satu penulis penelitian yang diterbitkan pada 10 Oktober di jurnal Nature Communications. Hasil awal menunjukkan bahwa mengedit tiga gen, bukan hanya satu, dapat mencegah terobosan infeksi. Ini meningkatkan potensi pengenalan ayam yang tahan penyakit di Inggris, dimana modifikasi genetik pada tanaman dan hewan diperbolehkan.
Modifikasi genetik menawarkan solusi yang menjanjikan untuk resistensi penyakit permanen
Para ahli prihatin dengan penyebaran flu burung, yang telah menyebabkan ratusan juta burung mati di seluruh dunia dalam dua tahun terakhir. Virus ini juga menyebar ke populasi mamalia, termasuk anjing laut, singa laut, dan cerpelai, serta menyebabkan beberapa kematian pada manusia. “Flu burung tersebar luas di Asia, Eropa, Afrika, Amerika Utara, kini sudah menyebar ke Amerika Selatan dan mungkin muncul di Antartika.
Vaksinasi unggas mahal dan efektivitasnya terbatas karena kemampuan virus influenza untuk berevolusi dengan cepat. Tindakan biosekuriti yang lebih ketat seperti memelihara ayam di dalam ruangan berdampak pada kesejahteraan hewan. Sebaliknya, modifikasi genetik menawarkan solusi yang menjanjikan untuk ketahanan terhadap penyakit secara permanen. Hal ini dapat ditularkan ke generasi berikutnya, melindungi unggas dan mengurangi risiko terhadap manusia dan burung liar.
Penelitian ini berfokus pada gen yang disebut ANP32, yang menghasilkan protein yang digunakan virus flu untuk mereplikasi dirinya sendiri. Tim peneliti memelihara ayam, menggunakan alat pengeditan gen CRISPR untuk membuat perubahan kecil pada gen ANP32A. Ketika ayam hasil rekayasa genetika disuntik dengan 1.000 unit virus menular. Setara dengan dosis paparan sebenarnya, hanya 1 dari 10 ayam yang terinfeksi dan melepaskan virus dalam jumlah yang sangat sedikit selama beberapa hari.