Liputandelapan8.com, Jakarta – Meskipun banyak perkembangan positif dalam teknologi mobil listrik, faktanya, mobil listrik masih belum mencapai popularitas yang sama dengan kendaraan bermesin bakar dalam industri otomotif. Beberapa alasan mendasar masih menghambat adopsi luas mobil listrik. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi beberapa alasan mengapa mobil listrik masih belum sepenuhnya populer di pasar kendaraan pribadi saat ini.
Khawatir tentang ruang lingkup
Jarak tempuh rata-rata kendaraan listrik secara global adalah sekitar 200 mil (320 km). Namun, rata-rata tersebut belum sepenuhnya terwakili dikarenakan harga rata-rata mobil listrik juga jauh lebih tinggi.
Misalnya, mobil listrik yang lebih murah akan memiliki jarak tempuh yang lebih pendek. Jangkauan tetap menjadi salah satu kelemahan utama mobil listrik. Untuk memiliki mobil dengan jarak tempuh lebih dari 500 mil (800 km), Anda perlu mengeluarkan lebih dari $100.000.
Masalah kebakaran dan ledakan
Kendaraan listrik, seiring dengan perkembangan teknologinya, telah menunjukkan sejumlah keunggulan, termasuk dalam hal keamanan. Namun, seperti halnya semua kendaraan, mereka juga memiliki potensi risiko kebakaran. Salah satu permasalahan utama dalam penanganan kendaraan listrik adalah bagaimana memadamkan kebakaran yang mungkin terjadi. Metode pemadaman kebakaran yang umum dan tersedia saat ini ternyata tidak selalu efektif dalam kasus kendaraan listrik. Petugas pemadam kebakaran sering kali harus menjalankan prosedur pemadaman khusus. Hal ini berguna untuk mengisolasi kendaraan listrik tersebut dari kendaraan lain selama beberapa hari setelah insiden kebakaran terjadi.
Mobil listrik memiliki potensi risiko kebakaran yang serius, dan salah satu alasan utama adalah karena sifat kehilangan panas yang berbeda dengan kendaraan bertenaga bensin. Saat mobil listrik terbakar, api dapat dengan cepat meluas dan sulit untuk dihentikan hingga seluruh kendaraan terbakar habis. Metode pemadaman kebakaran yang paling dasar adalah dengan memutus pasokan oksigen. Namun, ada tantangan unik dalam pemadaman kebakaran pada kendaraan listrik karena baterai aki, yang merupakan sumber oksigen, tidak dapat dihentikan dengan mudah.
Infrastruktur stasiun pengisian
Steker NACS berpotensi menjadi standar di masa depan, yang akan memberikan akses lebih luas ke stasiun pengisian daya untuk kendaraan listrik. Namun, di daerah dengan kepadatan penduduk yang tinggi, seringkali terjadi kemacetan di stasiun-stasiun ini pada jam-jam sibuk. Selain itu, rata-rata waktu yang dihabiskan di stasiun pengisian daya kendaraan listrik jauh lebih lama dibandingkan di stasiun pengisian bahan bakar konvensional. Artikel ini akan menjelaskan tantangan dan perbedaan dalam penggunaan stasiun pengisian daya kendaraan listrik dibandingkan dengan stasiun pengisian bahan bakar tradisional.
Jika Anda memiliki mobil berbahan bakar bensin, Anda dapat tiba di stasiun pengisian dan melanjutkan perjalanan dalam hitungan menit. Namun, dalam skenario terbaik pengisian daya kendaraan listrik, Anda masih akan menghabiskan 15 menit di stasiun pengisian. Bahkan dalam kasus yang optimal, hingga 30 menit dibutuhkan untuk mengisi daya hingga penuh pada mobil listrik. Artikel ini akan membahas perbedaan dalam waktu pengisian kendaraan bertenaga bensin dan kendaraan listrik serta bagaimana hal ini dapat memengaruhi penggunaan kendaraan listrik dalam kehidupan sehari-hari.
Masalah berat badan
Kebanyakan kendaraan listrik memiliki beban lebih berat daripada mobil berbahan bakar bensin. Produsen mobil listrik terus-menerus menciptakan trik baru untuk membuat mobil berat lebih menarik.
Meskipun mobil listrik menawarkan berbagai keunggulan dalam hal kebersihan lingkungan dan efisiensi energi, masih ada beberapa tantangan yang harus diatasi sebelum mobil listrik benar-benar menjadi pilihan yang populer. Seperti yang di bahas dalam artikel mengenai beberapa alasan mengapa mobil listrik masih belum populer. Keterbatasan jangkauan, infrastruktur pengisian daya yang belum memadai, dan biaya awal yang tinggi adalah beberapa faktor yang mempengaruhi pilihan konsumen. Namun, dengan perkembangan teknologi yang terus berlanjut dan dukungan lebih lanjut untuk energi terbarukan, masa depan mobil listrik mungkin akan lebih cerah. Semakin banyak produsen otomotif yang berinvestasi dalam teknologi ini, semakin baik pula kesempatan untuk mengatasi kendala-kendala tersebut. Dengan demikian, sementara mobil listrik mungkin belum menjadi pilihan utama saat ini, potensi besar masih terbuka lebar untuk perubahan menuju kendaraan yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan di masa mendatang.