Liputandelapan8.com, Jakarta – Kisah Pria Yang Harus Hidupi 12 Anak, sebuah rumah sederhana di Kota Marudu, Sabah, Malaysia ini menjadi tempat tinggal seorang mekanik yang tinggal bersama istri serta 12 anaknya sejak tiga tahun lalu. Kisah keluarga serba kekurangan ini mencuri atensi netizen setelah dibagikan oleh aktivis kebaikan Sabah, Adrian Edy, di media sosial miliknya. Menurut Edy, mekanik itu tidak mampu untuk menyediakan tempat tinggal yang lebih baik untuk keluarganya. Pendapat sang mekanik setiap harinya kadang-kadang hanya RM30 atau sekitar Rp 98 Ribu saja.
“Saya pergi ke Kota Marudu pada 1 September sebab ada misi bantuan lain. Kemudian, ada orang kampung datang yang bernama bapak Jaison, pria yang berusia 50 tahun-an dan tinggal dalam pondok usang,” ucap Edy kepada mStar.
Jaison, menurut Edy, memiliki 12 anak. Dua anak Jason ada yang sudah bekerja dan tak tinggal di rumah. Masih ada 10 anak lainnya tinggal di rumah itu dan istri Jason. Rumah pria tersebut terbuat dari bambu dan tidak ada kasur. Atapnya bocor, lantainya pun rusak.
Pendapatan sehari dia RM20 atau Rp 65 Ribu dan RM30 atau sekitar Rp 98 Ribu
“Jaison sekeluarga baru tiga tahun menetap di pondok itu. Merek berpindah ke kota Marudu sebab rumah lama terletak jauh di dalam kampung, susah untuk masuk mobil. Pendapatan sehari dia RM20 atau Rp 65 Ribu dan RM30 atau sekitar Rp 98 Ribu,” tuturnya.
Sesudah pertemuan pertama dengan keluarga Jason pada 1 September 2023, Edy bersama timnya kembali ke kota Marudu. Edy memberikan kesempatan Jaison dan keluarga untuk mempunyai kehidupan yang lebih baik dengan memberikan rumah baru bagi mereka.
“Proyek Rumah Kasih Rakyat, saya bersama 10 ahli pasukan memberikan sebuah rumah baru untuk keluarga ini. Barang-barang untuk mendirikan rumah ini memakan biaya sekitar RM4,000 atau sekitar Rp 13 Juta dan ada uang santun,” jelasnya.
Edy juga memberikan kipas angin karena keluarga Jaison tidak pernah memilikinya. Edy dan tim juga memasang panel listrik untuk rumah pria tersebut. Jaison dan keluarga pun sangat gembira dan tidak pernah menyangka akan mendapatkan rumah baru.
“Mereka untuk membeli beras pun susah, apa lagi untuk membuat rumah. Malah, beras 10 kilogram (kg) juga biasanya habis dalam dua hari saja sebab keluarganya dia ramai. Selain itu, kamu juga hadiahkan peraltan dapur dan makanan,” imbuhnya.
Edy menuturkan ingin membantu anak-anak Jaison untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Semenjak masa lockdown di Malaysia, anak-anak Jaison tidak pergi ke sekolah setiap hari karena tidak mampu.
“Saya juga akan mencoba untuk membantu untuk memasukkan anak-anaknya sekolah. Saya akan berusaha untuk membicarakan masalah ini, kasihan. Anaknya paling besar 18 tahun, sedangkan anak bungsunya berusia 2 tahun. Istrinya Jaison juga tidak bekerja,” tutur Edy.
Edy mengunggah kisah keluarga Jaison lewat TikTok dan Instagram. Edy menyebutkan kisah keluarga Jaison paling menyedihkan selama dia menjadi aktivis kebaikan tiga tahun terakhir ini.