Liputandelapan8.com, Jakarta – Hadiah Nobel Fisika tahun 2023 dianugerahkan kepada tiga ilmuwan: Pierre Agostini, Ferenc Krausz, dan Anne L’Huillier. Hadiah Nobel Fisika 2023 ini diberikan untuk menghormati penelitian mereka tentang elektron di dalam atom dan molekul.
Akademi Ilmu Pengetahuan Kerajaan Swedia mengumumkan bahwa ilmuwan Pierre Agostini (55 tahun), Ferenc Krausz (61 tahun), dan Anne L’Huillier (65 tahun) adalah pemenang Hadiah Nobel Fisika 2023 yang diberikan untuk menghormati penelitian tentang elektron. Penghargaan ini diberikan berkat metode eksperimental yang membantu menciptakan pulsa cahaya attodetik untuk mempelajari dinamika elektron dalam materi. Pengumuman tersebut dilakukan pada pukul 16:45 tanggal 3 Oktober (waktu Hanoi).
Pierre Agostini adalah seorang profesor di Ohio State University, Columbus, AS. Ferenc Krausz adalah seorang profesor di Universitas Ludwig Maximilian Munich, Jerman. Anne L’Huillier adalah seorang profesor di Universitas Lund, Swedia.
Penelitian yang dilakukan oleh ketiga ilmuwan ini telah menunjukkan cara menciptakan gelombang cahaya yang sangat pendek, yang dapat digunakan untuk mengukur proses yang sangat cepat di mana elektron bergerak atau mengubah energi. Kontribusi para ilmuwan ini membantu memahami proses yang terjadi begitu cepat sehingga sebelumnya tidak mungkin untuk dilacak.
Penelitian ini memiliki potensi penerapan di berbagai bidang
Pada tahun 1987, Anne L’Huillier menemukan berbagai frekuensi resonansi cahaya ketika dia melewatkan sinar laser inframerah melalui gas inert. Setiap frekuensi resonansi merupakan gelombang cahaya dengan jumlah periode tertentu dalam sinar laser. Mereka diciptakan oleh sinar laser yang berinteraksi dengan atom dalam gas, memberikan energi tambahan pada beberapa elektron. Energi ini kemudian dipancarkan sebagai cahaya. L’Huillier terus mengeksplorasi fenomena ini dan meletakkan dasar bagi terobosan di masa depan.
Pada tahun 2001, Pierre Agostini berhasil memproduksi dan meneliti rangkaian pulsa cahaya kontinu, yang setiap pulsanya hanya bertahan selama 250 attodetik. Selama ini, Ferenc Krausz mengerjakan jenis eksperimen yang berbeda, membantu mewujudkan isolasi satu pulsa cahaya yang berlangsung selama 650 attodetik.
Kontribusi para ilmuwan pemenang penghargaan tahun ini memungkinkan studi tentang proses yang terjadi begitu cepat sehingga proses yang sebelumnya mustahil untuk dipantau.
“Kita sekarang dapat membuka pintu ke dunia elektron. Fisika Attosecond memberi kita kesempatan untuk memahami mekanisme yang diatur oleh elektron. Langkah selanjutnya adalah menggunakannya,” kata Eva Olsson, Presiden Ketua Komite Nobel Fisika.
Penelitian ini memiliki potensi penerapan di berbagai bidang. Salah satu penerapan potensial penelitian elektron adalah dalam produksi semikonduktor. Pulsa attosecond juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi molekul yang berbeda, misalnya dalam diagnostik medis.