Liputandelapan8.com, India – Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), nipah adalah virus zoonosis yang ditularkan dari hewan yaitu babi dan jenis kelelawar, ke manusia. Selain itu, virus nipah dapat juga ditularkan melalui makanan yang terkontaminasi atau langsung antar manusia. Seberapa berbahayanya sih virus Nipah?
Membahas mengenai seberapa berbahayanya virus Nipah, koefisien penularan virus Nipah relatif rendah, hanya sekitar 0,33, namun angka kematian saat terinfeksi mencapai 40-75%, bahkan 90%. India mencatat wabah virus Nipah di Kerala, yang menyebabkan dua dari lima orang yang terinfeksi meninggal. Pemerintah distrik Kozhikode, tempat wabah itu terjadi, telah menetapkan “zona terbatas” dan menutup sekolah-sekolah. Sebanyak 76 orang yang terpapar sumber infeksi diawasi secara ketat.
Ini merupakan wabah virus Nipah yang keempat di Kerala. Gelombang epidemi paling berbahaya terjadi pada tahun 2018, dengan 18 kasus positif virus, termasuk 5 kasus suspek, dan di antaranya 17 meninggal.
Nipah adalah virus RNA yang termasuk dalam keluarga Paramyxoviridae. Wabah pertama di masyarakat ditemukan di Malaysia pada tahun 1998, yang menyebabkan 265 kasus penyakit dan 105 kematian. Sejak itu, setiap tahun terjadi satu atau dua wabah. Lebih dari separuh orang yang terinfeksi meninggal.
Daerah yang paling banyak terpengaruh oleh virus ini adalah Bangladesh, India, Malaysia, Singapura, dan Filipina.
Virus ini mematikan tetapi tidak mudah menular
Sebuah studi multi-tahun terhadap 248 kasus infeksi virus Nipah di Bangladesh menyimpulkan bahwa sekitar sepertiga pasien terinfeksi oleh orang lain. Para ilmuwan memperkirakan koefisien infeksi R0 (jumlah orang yang terinfeksi virus dari sumber yang sama) adalah sekitar 0,33. Artinya, virus ini tidak mungkin menyebar jauh dari sumber hewani. Sebagai perbandingan, koefisien R0 Covid-19 berkisar antara 1,4 hingga 3,9.
Meskipun virus Nipah mematikan, saat ini tidak ada bukti bahwa virus ini mampu menyebar ke luar wilayah di mana manusia atau hewan ternak melakukan kontak dengan kelelawar yang terinfeksi. Namun, wabah virus Nipah bisa menjadi pertanda bahwa satwa liar kehilangan habitatnya karena campur tangan manusia. Hal ini mempersempit kesenjangan antara kedua spesies, sehingga meningkatkan risiko penularan penyakit lintas spesies.
Meskipun koefisien R0 rendah, namun jika hewan diangkut ke kota besar dengan kepadatan penduduk yang tinggi, maka risiko penularan virus dari orang ke orang meningkat. Situasi ini menciptakan kondisi bagi virus untuk berevolusi sehingga dapat menyebabkan munculnya pandemi baru.
Jalur penularan virus Nipah
Virus Nipah dapat menular ke manusia melalui kontak langsung dengan hewan yang terinfeksi. Misalnya kelelawar atau babi, atau cairan tubuhnya (darah, urin, atau air liur).
Jalur penularan kedua adalah konsumsi produk makanan yang terkontaminasi. Melalui cairan tubuh hewan yang terinfeksi (getah palem atau buah yang terkontaminasi oleh kelelawar yang terinfeksi).
Terakhir, kontak dekat dengan orang yang terinfeksi Nipah atau cairan tubuhnya (termasuk tetesan hidung atau saluran pernafasan, urin atau darah).