Liputandelapan8.com, Jakarta – Ketinggian air sungai yang mengalir melalui hutan hujan Amazon turun ke level terendah dalam lebih dari satu abad pada tanggal 16 Oktober akibat kering karena kekeringan. Kejadian ini memengaruhi ratusan ribu orang dan menghancurkan ekosistem.
Anak-anak sungai Amazon yang mengering dengan cepat menyebabkan kapal-kapal kandas
Pelabuhan Manaus, kota terpadat di kawasan ini, terletak di persimpangan sungai Rio Negro dan Amazon. Ketinggian air tercatat 13,59 m pada 16 Oktober, jauh lebih rendah dibandingkan ketinggian 17,6 m pada tahun lalu. Ini adalah tingkat terendah sejak pencatatan dimulai pada tahun 1902, melampaui tingkat terendah sepanjang masa pada tahun 2010. Akibat Sungai Amazon yang kering karena kekeringan, anak-anak sungai Amazon yang mengering dengan cepat menyebabkan kapal-kapal kandas, memutus pasokan makanan dan air ke desa-desa terpencil. Sementara suhu air yang tinggi diduga membunuh lebih dari 100 lumba-lumba sungai yang terancam punah, menurut CNN.
Setelah berbulan-bulan tanpa hujan, Pedro Mendonca, seorang penduduk desa yang tinggal di hutan hujan, merasa lega. Ketika seorang pekerja LSM membawa perbekalan penting ke desanya di tepi sungai dekat Manaus akhir pekan lalu. “Masyarakat kami sudah tiga bulan tidak mendapat hujan,” kata Mendonca, yang tinggal di desa Santa Helena do Ingles, sebelah barat Manaus, ibu kota negara bagian Amazonas. “Cuacanya jauh lebih panas dibandingkan kekeringan sebelumnya.”
Beberapa wilayah di Amazon mengalami curah hujan paling sedikit antara bulan Juli dan September sejak tahun 1980, menurut pusat peringatan bencana pemerintah Brasil, Cemaden. Kementerian Ilmu Pengetahuan Brazil menyalahkan fenomena iklim El Nino yang dimulai tahun ini, yang memicu pola cuaca ekstrem secara global. Dalam pengumumannya pada awal Oktober, mereka memperkirakan kekeringan akan berlangsung setidaknya hingga Desember, ketika dampak El Nino mencapai puncaknya.
Kekeringan mengancam akses desa terhadap makanan, air, dan obat-obatan, yang diangkut melalui sungai. Nelson Mendonca, kepala desa Santa Helena do Ingles, mengatakan beberapa daerah masih dapat diakses dengan kano. Namun banyak perahu yang membawa perbekalan tidak dapat mengarungi sungai, sehingga sebagian besar barang tiba dengan traktor atau berjalan kaki.